Oleh:Arip Hidayat[i]
Deschooling Society,atau yang kita kenal dengan istilah masyarakat tanpa sekolah,merupakan wacana kontroversial yang muncul ditengah hiruk pikuk bobroknya sistem pendidikan abad dua puluh,ia hadir laksana oase ditengah teriknya padang pasir,salah satu gerakan radikal
yang menginginkan Normalisasi sistem pendidikan dengan tokoh legendarisnya,Ivan Illich.
yang menginginkan Normalisasi sistem pendidikan dengan tokoh legendarisnya,Ivan Illich.
Sang tokoh yang berasal dari Amerika Latin ini berani berpandangan berbeda dengan khalayak umum akan substansi dari sebuah pendidikan.melalui bukunya,Deschooling Society,ia berusaha membongkar sistem penyelenggaraan pendidikan disekolah dewasa ini yang dinilai sebagai sistem yang mengasingkan peserta didik terhadap lingkungan disekitarnya.yang menyebabkan manusia terasing dari dunia nyata.menurutnya sekolah tidak menjamin peserta didik untuk mendapat pendidikan secara bebas,sekolah kurang memberi ruang bagi berkembangnya kepribadian dan karakter peserta didik untuk tumbuh berkembang sesuai dengan potensi masing-masing.
Illich berargumen,untuk memperoleh hasil belajar dari sebuah pendidikan cukup tumbuh berada disekeliling orang-orang yang mempunyai keterampilan dan nilai-nilai yang patut dijadikan contoh.anak-anak yang menghadapi kawan-kawan yang menantangnya untuk bernalar,bersaing,bekerja sama dan memperoleh pengertian yang bisa menuntun kepada pencerahan tanpa embel-embel kurikulum yang mengekang.benda-benda,contoh-contoh,kawan sebaya dan orang tua merupakan media utama yang bisa membimbing,yang sekaligus akan mengasah daya imajinasi dan kreativitas peserta didik.
Menurutnya,hadirnya kurikulum sekolah yang mengekang saat ini dapat membunuh kreativitas murid,karena penyelenggaraan sistem pendidikan secara formal yang dilengkapi dengan seperangkat kurikulum wajib yang harus disajikan oleh guru dengan berorientasi bahwa usia didik tertentu dapat menguasainya tidak diperlukan lagi.hal ini hanyalah akan mengakibatkan terbunuhnya kebebasan anak dalam belajar.lembaga pendidikan yang menyediakan peraturan yang ketat,waktu,tempat dan bentuk kegiatan serta orientasi belajar saat ini bukanlah merupaka milliue yang baik karena hanya mengekang kebebasan.
Wacana restorasi sistem pendidikan Ivan Illich ternyata cukup mengusik para praktisi pendidikan di sekolah,ia banyak menuai hujatan dan kecaman keras karena dinilai sudah merusak Estabelishment sistem pendidikan yang sudah diterima dunia pendidikan internasional,bahkan demi mempertahankan gagasannya Illich yang saat itu sudah ditahbishkan sebagai imam gereja katolik Roma harus berkonfrotasi dengan pemimpin tertinggi gereja katolik di vatikan,walau begitu jiwa revilusioner yang dimilikinya mampu menghadang semua problematika yang deras sekalipun,ia tetap menyulut pemikirannya yang turut membongkar kekerdilan dan kebobrokan lembaga institusi pendidikan.bahwa sekolah saat ini sudah diperalat oleh para penindas,sekolah sudah dikorupsi.menurut dia baik guru ataupun murid di amerika latin adalah orang–orang frustasi,frustasi dengan biaya sekolah yang tinggi,mereka tertindas karna itu harus segera dibebaskan.
Illich yakin,penindasan itulah yang akan dilanggengkan melalui institusi yang bernama sekolah.karena terbukti,sekolah dewasa ini tidaklah merubah apa-apa.kalaupun terjadi perubahan itu hanya pola hidup konsumtif yang jauh dengan sarat kreativitas serta kemandirian yang ujung-ujungnya hanya melanggengkan kemiskinan.orang kaya tetap makin kaya dan orang miskin tetap pada status kemiskinannya.
Kritiknya yang tajam terhadap lembaga pendidikan sekolah menyangkut beberapa hal yang dinilai sangat urgen.diantaranya,sekolah sebagai proses institusionalisasi,proses yang sering menghancurkan diri dan kapasitas diri individu dalam memecahkan persoalan,sebuah proses yang laksana kanker yang membunuh kreativitas masyarakat.kritiknya yang kedua terhadap para ahli dan keahlian yang dihasilkan lembaga pendidikan formal,mereka dinilai banyak memberikan kerusakan dari pada manfaat bagi masyarakat.sebagai contoh mereka menganalisa situasi politik sekaligus mengambil keuntungan dari situasi tersebut,mereka mengontrol produksi informasi dan menentukan mana yang valid dan mana yang tidak.
Yang ke tiga dia mengkritisi para profesional dan institusi yang ikut terlibat dalam lembaga institusi pendidikan yang menjadikan proses belajar sebagai komoditas.untuk mengambil keuntungan produksi informasi mereka kapitalisasikan,distribusinya mereka batasi dan harganya mereka tentukan.maka tidaklah mengherankan kalau biaya sekolah di Amerika latin waktu itu mencekik keadaan ekonomi masyarakat akar rumput.oleh karena keprihatinannya,khususnya kepada masyarakat kelas bawah yang kian tertindas dia menggagas sebuah wacana”To De-school”(tanpa sekolah).karena hematnya substansi dalam pendidikan adalah proses konsientisasi penyadaran diri.
Mungkin hal ini pula yang menginspirasi Yudhistria Anm Massardi,seorang sastrawan sekaligus pengelola sekolah gratis untuk Dhuafa,TK-SD Batutisi,Bekasi,Jawa Barat.dalam Opininya (kompas 9/4/11),Dengan tema”Berhentilah Sekolah Sebelum Terlambat”,sebuah tema kontroversial yang menyiratkan provokasi untuk berhenti sekolah.tapi itulah Massardi,dengan opini yang dia lemparkan ke tengah-tengah publik,ia seakan ingin membuktikan kepada publik sekaligus mendobrak akan kebobrokan sisitem pendidikan indonesia saat ini,dunia pendidikan kita telah mengalami Disorientasi sistem pendidikan yang sangt akut.
Dia menulis dalam paragraf yang pertama,jika orientasi pendidikan adalah untuk mencetak tenaga kerja guna kepentingan industri yang mencetak mentalitas pegawai - katakanlah hingga dua dekade ke depan - maka yang akan dihasilkan adalah jutaan calon pengangguran yang kian menyesaki kondisi sosial ekonomi masyarakat indonesia yang kian hari kian memburuk.
Kritik terhadap deklinasi dan dekadensi sistem pendidikan dewasa ini ternyata tidak hanya datang dari kedua tokoh diatas,Sir Ken Robinson,Profesor pendidikan dan Kreativitas dari inggris dalam orasi-orasinya yang menyentakan ironisme,beliau menggambarkan betapa sekarang ini sudah terjadi inflasi gelar akademis sehingga keberadaannya melampaui tingkat kebutuhan.dampaknya nilai didunia kerja semakin merosot,penilaiannya terhadap sisitem pendidikan saat ini sangat tepat dengan kedua tokoh diatas,pernyataanya bahwa sekolah hanya membunuh kreativitas para siswa semata,maka revolusi untuk membenahi sisitem pendidikan yang lebih mengutamakan kreativitas adalah solusinya.
Realiatas ini membuktikan,ternyata problematika yang dihadapi masyarakat internasional akan kerdilnya sistem pendidikan saat ini adalah penyakit kanker yang sangat akut yang menjadi permasalahan dunia pendidikan secara global,ironisnya orasi-orasi dan solusi yang disuarakan para pengkritisi kebijakan sistem pendidikan diberbagai belahan dunia tidak banyak mendapat apresiasi positif dari kalangan Elite penguasa setempat,bahkan mereka dinilai sebagai golongan kiri yang harus ditumpas segera,sebagaimana yang dialami Ivan Illich,pria kelahiran wina,Australia 1926 ini harus merasakan sempitnya jeruji besi karena pemikirannya yang sangat mengusik kemapanan sistem pendidikan yang sarat dengan pembunuhan kreativitas dan karakter pesrta didik.
Pertanyaanya,kiranya yang diramalkan Yudhistria Anm Massardi tentang jutaan calon pengangguran setelah dua dekade ke depan akan terbukti ?tentu hal itu terjawab setelah kita saksikan realitanya nanti,apakah elite Negeri ini akan membenahi sistem pendidikan negara kita atau sebaliknya terus mempertahankan kekerdilan sistem pendidikan yang konservarif.kalau realitas terakhir ini jawannya,maka”Berhentilah Sekolah Sebelum Terlambat”mungkin solusinya.
[i] Penulis adalah mahasiswa FAI-EPI UMY 2010,sekarang diamanahi sebagai ketua umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FAI UMY,Aktif di lembaga kajian dan swadaya masyarakat (LeKas) Korps Dakwah Mahasiswa (KODAMA),Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar