Oleh:Arip Hidayat[i]
.
Mahasiswa,sebuah terminologi khusus bagi para pelajar yang tengah duduk dijenjang perguruan tinggi,gelar tanpa pangkat ini secara otomatis membedakan status sang “Maha”( baca; mahasiswa ) dengan para pelajar lain yang notabenya masih dibawah jenjang perguruan tinggi.tapi sayang,dalam konteks kekinian gelar kehormatan
tersebut tak ubahnya hanya sebuah paradoks baru dalam dunia pendidikan Indonesia karena dinilai hanya sebuah nama yang kosong,miskin makna yang berarti.
tersebut tak ubahnya hanya sebuah paradoks baru dalam dunia pendidikan Indonesia karena dinilai hanya sebuah nama yang kosong,miskin makna yang berarti.
Hal ini tidak terlepas dari realitas yang ada dilapangan,potret mahasiswa dan dunia kampus masa kini.mahasiswa sebagai intelektual muda penerus estafet bangsa seharusnya mempunyai nilai dan kepribadian lebih dari jenjang pendidikan lainnya,mempunyai jiwa pekerja keras,tekun dan berfokus kepada sasaran,sebagai representasi dari status ke-maha-annya,sebagai intelektual muda.itulah mahasiswa yang memiliki semangat”Gambaru”,sebuah terminologi asing yang datang dari Negeri matahari terbit,jepang.
Akan tetapi mahasiswa dalam realitasnya kini sangatlah kontradiksi dengan gelar kehormatan yang disandangnya selama ini,budaya pragmatisme seakan sudah mengalir dalam jiwa mereka yang seharusnya diisi oleh semangat membangun idealisme tinggi dan karakteristik insan unggul yang mumpuni.pragmatisme,sebagai sebuah sikap yang dalam aliran filsafat lahir dari aliran positivisme,materialisme dan hedonisme,yang orientasinya hanya materi dan kesenangan belaka.hal ini sangat relevan dengan potret mahasiswa sekarang ini yang hanya mementingkan gaya hidup yang glamour,Elegan,mode pakain yang wah..,barang elektronik yang berlebihan dan yang lebih memprihatinkan lagi adalah pola pikir yang pragmatis dan hedonis yang hanya mementingkan kesenangan sesaat,seakan mereka amnesia bahwa yang mereka jalani sekarang adalah proses yang harus dijalani yang butuh ketekunan,kerja keras,fokus pada sasaran,dan penuh pengorbanan.
Pragmatisme secara arti bebasnya adalah sikap instan dalam mencapai tujuan dengan tidak konsisten dalam eksistensi sebuah proses yang harus dijalani.sikap inilah yang mewarnai sebagian besar potret mahasiswa masa kini,barangkali kita bisa menganalogikannya sebagai”jalan pintas dianggap pantas”.
Sikap seperti ini apabila di biarkan berlarut–larut akan mengkikis habis jiwa dan semangat patriotisme,sebuah semangat yang ditanam oleh para faunding-fathers bangsa ini.Hedonisme yang mementingkan kesenangan belaka adalah embrio utama yang menjadikan sikap mahasiswa masa kini bersikap pragmatis dan instan,dan yang sangat memprihatinkan lagi,mahasiswapun seakan bersikap apriori terhadap pragmatisasi dan hedonesasi yang berkembang biak subur didunia kemahasiswaan,bahkan seakan tidak disadari kalau sikap pragmatisme mereka selama ini adalah salah satu penyebab deklanasi dan dekadensi yang menimpa bangsa ini.
Sikap pragmatis yang terus berlarut-larut,yang seakan sudah merupakan budaya baru yang telah mendominasi sebagian besar kepribadian mahasiswa masa kini akan menjadikan bangsa ini sebagai bangsa yang apatis,dan mahasiswa sebagai intelektual muda generasi penerus akan kehilangan sikap kritisnya terhadap semua problematika yang menimpa ranah sosial lingkungannya secara khusus dan bangsa ini secara keseluruhan,bentuk penjajahan persuasif dalam berbagai aspek baik dalam bidang ekonomi,politik,hukum,bahkan budaya akan menimpa bangsa ini secara bertahap,yang pada akhirnya menjadikan bangsa ini sebagai bangsa yang konsumtif,bangsa yang menjadi kuli dinegeri sendiri.
Disadari ataupun tidak, realita pragmatisme sudah tampak mencuat dipermukaan dan sudah kita saksikan,fenomena kalangan mahasiswa yang ingin cepat lulus kuliah,cepat dapat pekerjaan,akan tetapi prosesnya tanpa ditunjang dengan berbagai hal kegiatan yang akan menunjang masa depannya kelak merupakan dampak real dari budaya pragmatisme,bahkan hal ini secara khusus mendapat support dari elit-elit kampus,sebagimana yang penulis alami sewaktu berstatus sebagai mahasiswa baru.dalam suatu sambutannya seorang elit penguasa kampus”berkhotbah”didepan seluruh mahasiswa baru “....selamat datang bagi mahasiswa baru,semoga kuliahnya cepat selesai,syukur-syukur bisa tiga tahun setengah,setelah itu cepet dapat pekerjaan”ungkapnya yang langsung mendapat antusias para mahasiswa dengan gemuruh suara Amiiin...
Inilah kenyataan dari potret dunia kemahasiswaan dewasa ini,yang perlu kita kritik bukan cepet lulus kuliannya,akan tetapi jiwa pragmatisme dan serba instan yang telah melanda dunia pendidikan khususnya dijenjang perguruan tinggi,memang satu hal yang tidak dapat dipungkiri,semua orang menginginkan agar bisa cepat menyelesaikan jenjang perkuliahannya,akan tetapi sedikit yang menyadari bagaimana melewati proses tersebut atas dasar semangat “Ganbaru”,etos yang mendorong mahasiswa untuk berbuat lebih dari sekedar ingin cepat lulus,salah satunya dengan mempertahankan budaya-budaya diskusi kecil,peka terhadap realitas lingkungan,ikut serta berperan aktif dalam berbagai hal kegiatan,baik internal maupun eksternal kampus,ataupun aktivitas lain yang bisa menunjang dan membangun kepribadian serta karakter individu mahasiswa itu sendiri yang berideologi,demi masa depan bangsa ini yang lebih baik,sehingga adagium bahwa mahasiswa masa kini yang identik dengan 4K,yaitu kampus,kos,kantin,dan kencan adalah lelucon yang bersifat verbalitas belaka.marilah kita renungkan sejenak sebuah nasehat Hikmah seorang kiyai dihadapan para santrinya yang banyak menginspirasi bahtera kehidupan penulis,beliau berkata”kesuksesan tidaklah diukur dengan tercapainya suatu tujuan,tapi substansi dari kesuksesan adalah bagaimana orang itu menghargai sebuah proses dalam mencapai tujuan tersebut”,semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar